Cerita ini sebenarnya merupakan suatu cerita yang pernah ku dengar dalam suatu khotbah.... saya sangat suka dengan inti ceritanya sehingga ku coba untuk menliskannya di blog ini
When The boy saw his father
Ketika Bryan masih kecil. Ia sangat suka meluangkan waktunya untuk menonton di sebuah theater. Hampir setiap hari ia pergi kesana setelah ia pulang dari sekolah. Bryan begitu senang melihat pertunjukan – pertunjukan drama di masa itu, Ia terkadang memperagakan beberapa adegan – adegan dalam drama di kamarnya.
Suatu ketika, ayah bryan melihat apa yang sering dilakukan anaknya itu. Dipikirnya bahwa suatu saat anaknya akan tumbuh menjadi seorang aktor yang hebat. Sang ayah mendekati anak kesayangannya itu. “ Bryan kemarilah ! ada hal yang ingin ayah katakan padamu “ seru ayah dengan nada lembut sambil tersenyum. Si kecil bryan segera menghentikan adegan yang ia lakoni di dalam kamarnya, ia bergegas berlari ke arah ayahnya dan memeluknya. Sang ayah kemudian berkata kepada bryan “ kenapa kamu suka melakukan adegan – adegan yang diperagakan dalam theater si kancil ? “
“ Karena aku ingin menjadi seorang aktor sama seperti mereka yang memainkan peran di theater itu “. Jawab bryan.
“Anak dengan impian besar, ayah menyayangimu nak. “ sang ayah mengusap – usap rambut bryan sebagai tanda sayang ayah kepada anaknya.
Beberapa tahun kemudian, bryan mulai tumbuh menjadi sosok remaja yang sopan, rajin, dan penurut. Pola perilakunya banyak berubah karena ia telah masuk ke dalam jenjang pubertasi. Tapi satu hal yang tak bisa bryan hilangkan yaitu kesukaannya menonton pertunjukan di theater. Suatu hari ayahnya berkata padanya, katanya : “ kamu boleh saja mengunjungi semua theater di kota ini, tapi 1 theater ini jangan pernah mencoba untuk pergi kesana. Theater yang berada di seberang jalan, dekat jembatan”.
Bryan keheranan mendengar perkataan ayahnya. “ kenapa aku tak bisa kesana ? “ tanyanya penasaran.
“ jangan pernah kesana nak ! karena di sana ada sesuatu yang seharusnya tidak kamu lihat “. Tegas sang ayah.
Rasa penasaran berkecamuk di pikiran bryan. Ia sungguh ingin tahu maksud dari perkataan ayahnya. “mengapa aku tak harus ke tempat itu ?” pertanyaan ini terus melayang di pikirannya.
Ada maksud tertentu yang di sampaikan ayah bryan kepada bryan yaitu supaya iya tidak melihat penari striper di theater yang di maksud.
Hari demi hari berlalu, rasa ingin tahu bryan mulai mendorongnya untuk mencoba melanggar perintah ayahnya. Di raihnya pakaian dari balik lemari dan berdandan dengan rapi malam itu. Ia memutuskan untuk pergi ke theater yang di maksud sang ayah. Sesampainya di sana, bryan begitu gugup membuka pintu yang menghubungkannya dengan ruang tempat duduk penonton. Setelah dibukanya pintu itu, bryan terkejut melihat apa yang ada di depannya dan ia mulai tahu maksud perkataan ayahnya. Ia bergegas berlari pulang. Rasa penyesalan timbul di hatinya. Bukan karena kelakuannya yang melanggar perintah ayahnya yang ia sesali tapi penyesalan itu timbul karena apa yang dilihat di theater tadi ternyata adalah ayahnya yang sedang menari – nari bersama dengan para penari telanjang.
** THE END **
Cerita yang begitu mengejutkan bukan ? heheeh........ ada hal yang perlu kita pelajari dalam hal ini, bagaimana kita bersikap bijak dalam menanggapi suatu hal. menurut anda :
1. apakah nasehat atau larangan yang di berikan ayah bryan bisa dikatakan benar ?
2. haruskahh Bryan melihat apa yang dilakukan ayahnya ?
Dua pertanyaan inilah yang menjanggal ketika kita membaca cerita di atas. para readers pasti tahu jawaban yang tepat.
1 komentar:
1. ada benarnya juga..
2. Tidak, sngat memalukan..
Posting Komentar
komenggggggggggg