Carla’s Request
Langit hitam di hari itu telah hampir sepenuhnya menutupi sisa warna orange hasil pembiasan cahaya matahari. Pidato penutupan seminar pak Darma tidak juga kunjung selesai. Sesekali Radit memperhatikan jam tangannya, mulutnya menguap pertanda bahwa dia sudah bosan mendengarkan pidato pak Darma. Tak lama kemudian Radit mengambil jaket dan tasnya yang berada di kursi samping dan hendak keluar dari ruangan itu. Ketika kakinya mulai melangkah keluar, tiba – tiba terdengar suara pak Darma menyebut nama Radit, “ Radit mau kemana kamu ? berhenti dan duduk di tempatmu sekarang ! “ Langkah Radit terhenti, semua mata para audience tertuju pada Radit, sambil menggaruk kepalanya ia kembali duduk di tempatnya. Tak pernah terpikir di kepala Radit bahwa pak Darma akan memperhatikan tingkah murid – muridnya.
Dua jam kemudian pak Darma telah mengakhiri pidatonya. Semua murid langsung berhamburan menuju pintu keluar. Tanpa tahu isi pidatonya apa, para murid di sekolah itu tampak tak peduli. Sama seperti Radit, seorang murid yang cukup pemalu dan polos. Mendengarkan pidato ataupun berpidato merupakan hal yang paling dibencinya.
Ketika Radit sedang berjalan di sekitar koridor sekolah, nampak dari kejauhan seorang wanita memanggilnya dari depan. Radit tersenyum dan membalas sapaannya. Wanita itu adalah Carla, gadis periang yang cantik. Bagi Radit, Carla adalah sosok wanita yang ia cari selama ini. Sudah dua tahun sejak masuk sekolah di tahun ajaran pertama ia telah terpesona oleh wanita itu. Carla termasuk orang yang telah mengisi hari – hari Radit dengan kebahagiaan, setiap hari mereka bertemu dan saling berbagi kisah. “ Hei dit ! bagaimana pidato pak Darma tadi ? “ tanya Carla. Radit hanya tersenyum dan tak berkata apa – apa. Mereka berjalan menelusuri koridor sampai akhirnya mereka sampai di sebuah taman kecil milik sekolah. Sambil duduk di bangku taman, mereka saling bercerita tentang apa yang baru saja mereka alami. Radit terus saja tersenyum memperhatikan Carla bercerita. Beberapa menit kemudian, Carla mengakhiri ceritanya. “ sekarang giliranmu dit ! apa yang baru saja kau alami hari ini ? “. Radit menatap jam tangannya lalu melihat ke langit. “ Ini sudah malam Carla, kita harus bergegas pulang. Temui aku di lantai atas gedung sekolah besok pagi ! “ Radit bangkit dan berlari pulang. Nampaknya ia sedang ada keperluan penting.
Keesokan paginya tepat seperti yang dijanjikan Radit kemarin, Carla bergegas mengitari tangga gedung dan akhirnya sampai pada bagian paling atas gedung. Radit tampak dari kejauhan sambil menatap langit biru di pagi itu. Ia pun berjalan pelan – pelan menghampiri Carla. “ Seperti yang aku janjikan kemarin, aku akan menceritakan kisah yang ku alami kemarin di tempat ini. “ Kata Radit sambil menarik tangan Carla lalu berjalan menuju ke tepi gedung. Gedung berlantai enam itu tampak megah dihiasi bunga – bunga Antherium di sekelilingnya. Tanpa takut ketinggian Radit dan Carla tampak tenang sambil duduk bercengkerama. “ Sebelum aku menceritakan kisahku, aku mau mengatakan sesuatu padamu Carla. “ Radit berdiri lalu menatap wajah Carla yang duduk di sampingnya. “ Aku menyukaimu … “ seakan waktu berhenti Radit dan Carla diam beberapa detik.
Carla bingung akan tatapan dn perkataan Radit, ada apa dengan anak ini ? apa dia sedang serius atau bercanda sih ? tanya Carla dalam hati. Carla lalu berdiri dan menatap Radit. Wajahnya tampak serius namun lama – kelamaan berubah menjadi wajah jenaka. “ Apa kau sudah tidak waras dit ? “Carla tertawa terbahak – bahak. Dipikirnya bahwa Radit sedang bercanda.
Dengan sedikit emosi Radit meraih tangan Carla “ Aku serius Car !!! Aku benar – benar suka sama kamu ! “
Carla tidak menanggapi keseriusan Radit, Ia melepas tangannya dari Radit dan berjalan ke arah pintu yang menghubungkannya ke tangga. Sambil tertawa terbahak – bahak, Carla berkata, “ Kalau lu mau jadi pacar gue, lu lompat aja dulu dari gedung ini baru gue terima… hahahahhahaha.. “
Ketika Carla hampir sampai ke pintu, Carla menoleh ke belakang. Ia hendak mengajak Radir ke kantin. Namun tiba – tiba, Radit hilang dari pendangan Carla. “ Dit ? Radit ? “ Carla mulai dirundung kecemasan. Ia segera berlari menuju ke tepi gedung tempat ia dan Radit duduk tadi. Sambil menatap ke bawah, mata Carla terbelalak. Dilihatnya Radit telah tewas jatuh dari atas gedung berlantai enam itu. Permintaan yang ia anggap sebagai lelucon di tanggapi serius oleh Radit. Rasa penyesalan memenuhi hati Carla. Air matanya bercucuran menangisi seseorang yang ia anggap sebagai sahabatnya itu.
*** THE END ***
" Kadang sesuatu yang kita anggap lelucon bisa di anggap serius oleh orang lain "
0 komentar:
Posting Komentar
komenggggggggggg